Sabtu, 09 Desember 2017

BigMom




Status Induk Betina

November 2017
Ring michael 072022
Bapak : naga pesona (michael)
Ibu.  : anak dokter (topsong)

Senin, 27 November 2017

Pedigree - Sebuah Design Rancang Bangun Breeding


cek harga - Banyaknya perdebatan seru tentang Pedigree dikalangan peternak maupun penghobi di Indonesia, ini disebabkan karena tidak sampai 5 kandang pemain lama (senior) yang mau membuka/ share pedigree merpati pos juaranya atau pedigree isi kandangnya, bahkan banyak pemain yang membeli merpati pos berpedigree sangat kecewa karena tidak sesuai harapan, bahkan curiga bahwa susunan pedigree-nya palsu alias dibuat-buat, sehingga piyikan yang dihasilkan tidak sesuai/jauh dari prestasi saudara-saudaranya di kandang asal dengan indukan yang sama, akhirnya banyak yang kapok membeli merpati pos berpedigree (trah juara) dan hanya mau membeli merpati pos yang juara langsung, sudah pasti juara, sebodo teing sama pedigree, sehingga keluar istilah PEDIGREE TIDAK BISA TERBANG.

Kita ambil sisi positif dari pedigree, dengan anggapan bahwa semua pedigree yang dikeluarkan bersama piyikan adalah sebenar-benarnya tanpa penipuan, anak A dan Si B ditulis anak si A dan Si B, bukan anak si P ditulis anak Si A. Diluar negeri, eropa dan amerika, khususnya tahun 1980-an sampai dengan saat ini, selalu menjual merpati pos berkelas dari kandangnya dengan pedigree yang benar, sehingga anak cucunya kelak akan berprestasi sama/ mendekati seperti kakek neneknya. dari ratusan pedigree juara di luar negeri, hampir 80% selalu memiliki ciri cross half brother half sister (Line Breed) dan hasil dari indukan inbreed yang dicross dengan merpati pos jawara dari kandang lain.

ya, pedigree yang konsisten ditulis dengan jujur merupakan sebuah Design Rancang Bangun Breeding bagi para Breeder atau bagi para fancier. Anakan atau cucu cicit ingin di bangun dengan Base darah dari suatu trah jawara yang diperbaiki dengan darah jawara lain atau merpati pos terbaik di kandang kita ingin disuntik dengan darah jawara yang baru.
sebagai contoh:

  • Si A adalah jantan jawara Kandang Nusantara, hanya diketahui sebagai cucu juara tanpa pedigree sama sekali, karena yang punya asalnya tidak mau memberi tahu pedigreenya, tapi jantan A juara dengan rata-rata kecepatan 1200m/menit.
  • Si B dan Si C adalah indukan betina terbaik di kandang kita yang anak-anaknya konsisten pulang dengan kecepatan 900m/menit. Dengan modal ini, maka kita membuat rancang bangun dengan base darah jantan A, dengan tujuan agar anak cucunya kelak bisa berprestasi seperti jantan A. dan salah satu cara terbaik dan tertulis di ratusan pedigree jawara adalah dengan membuat rumus breeding, salah satu contohnya seperti berikut:

A. Mencoba Melombakan Anakan Langsung (Cross F1)
JANTAN K = JANTAN A X BETINA B
BETINA L = JANTAN A X BETINA B
JANTAN M = JANTAN A X BETINA C
BETINA N = JANTAN A X BETINA C
KLMN bisa langsung dilombakan, jika hasilnya langsung Tokcer, silahkan dilanjutkan memperbanyak trah ini, kalau masih belum memuaskan, bisa ganti dengan pasangan lain atau kalau masih mau sabar, bisa melanjutkan kearah cucu:

B. Mencoba Melombakan Cucu Line Breed (F1 X F1)
JANTAN/ BETINA P = JANTAN K X BETINA N --> LineBreed
JANTAN/ BETINA Q = JANTAN M X BETINA L --> LineBreed
walau tidak 100% benar, tapi secara hitungan kasar si P & Si Q sudah memiliki 50% Murni darah si JAWARA A (atau malah lebih) dan secara teori maka anak-anaknya akan berkemampuan mendekati ayahnya, tidak ada yang tahu kepastiannya, tapi hasilnya lebih terlihat kalau dilombakan.

C. Mencoba Melakukan Langkah Inbreed (A X F1)
Jika terbukti anakan langsung si JANTAN A (KLMN) punya kemampuan lebih baik daripada Betina B & C, maka layak dilanjutkan tahap inbreed untk JANTAN A dengan Skema berikut:
JANTAN/ BETINA R = JANTAN A X BETINA N --> Inbreed Bapak X Anak
JANTAN/ BETINA S = JANTAN A X BETINA L --> Inbreed Bapak X Anak
JANTAN/ BETINA T = JANTAN K X BETINA L --> Inbreed Kakak X Adik kandung
JANTAN/ BETINA U = JANTAN M X BETINA N --> Inbreed Kakak X Adik kandung
langkah inbreed ini untuk mengentalkan darah JANTAN A... jarang RSTU yang mampu sebagai racer baik, tapi banyak yang sukses sebagai breeder baik.
masih banyak langkah/ cara lainnya untuk mendapatkan piyikan dengan karakter dan kemampuan JANTAN A, tapi rumus diatas sudah cukup untuk memperbaiki kualitas merpati pos ditempat kita secara sistematis, hasil hanya akan diketahui dari mengikutkan lomba One Loft Race, lomba yang benar-benar melombakan kemampuan merpati pos secara massal, benar-benar adu merpati pos bukan adu rawatan, merpati pos yang juara adalah merpati pos terbaik di Kandang Nusantara.( tanggerang )
oleh : Kunto Wibisono

Minggu, 29 Oktober 2017

Robin

Robin



Status Induk betina

Ring Michael 72001
Bapak : Naga Pesona
Ibu      : Ibu Elisabeth (KING JB)
2 November 2017 lar sisa 4

MEMILIH MERPATI BALAP LEWAT KATURANGAN

MEMILIH MERPATI BALAP LEWAT KATURANGAN


Sebelumnya perlu dipahami dulu bahwa anatomi (kita sebut saja onderdil) merpati hanya salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kinerja merpati seperti yang telah dibahas sebelumnya. Selain itu, banyak yang berpendapat bahwa onderdil merupakan "keunikan" dari setiap strain merpati. Ini artinya kita tidak bisa membuat suatu generalisasi yg berlaku umum bahwa onderdil yang bagus adalah bla..bla..bla. Sebagai contoh , iris mata strain Janssen pada umumnya lemah dan kurang bagus, tetapi ternyata iris yg kurang bagus ini bukan kelemahan untuk strain Janssen. Ada strain tertentu yg juga punya pupil tidak bulat, tetapi sedikit lonjong. Tapi ternyata pupil yg tidak bulat tersebut bukan kelemahan dari strain tersebut. Oleh karenanya, jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa suatu burung jelek karena ada salah satu onderdilnya tidak memenuhi standard yang umum berlaku. Kita perlu melihat onderdil merpati secara menyeluruh.




Berikut ini saya sarikan ciri-ciri merpati yang baik menurut Joseph Rotondo. Bagi yang punya buku "Rotondo on Racing Pigeon" bisa dilihat di chapter 4 yang berjudul "selection of Superior Birds". Saya pribadi, tidak sepenuhnya sependapat dengan apa yang ditulis oleh Rotondo, tetapi silahkan dikaji sendiri.



1. Daging.......Dagingan yg dianggap baik adalah yg lembut dan fleksibel seperti balon yang ditiup. Dagingan yang seperti ini mengindikasikan bahwa burung tersebut memunyai "air sacs" (kantong udara) yang bagus. Air sacs berada di seluruh badan burung, tapi yang terpenting adalah pada bagian dada. Kalau kita pegang pada dada dengan jari, maka akan terasa seperti mainan anak-anak yg terbuat dari karet (kenyal).

Dengan adanya air sacs yg baik maka cadangan oksigen dalam tubuh cukup banyak dan akan membuat merpati mampu terbang lebih jauh. Sebaliknya, dagingan yang keras menunjukan bahwa burung tersebut air sacs-nya kurang bagus dan cepat kehabisan nafas.



2. Ukuran Badan.......Sudah pernah disinggung oleh Om Henry, bahwa burung long distance sebaiknya tidak terlalu besar dan kalau dipegang terasa ringan dan burung type sprinter lebih berotot. Sebenarnya sprinter bisa saja ukuran kecil atau sedang, tetapi bila angin cukup keras, ukuran badan yg lebih besar lebih menguntungkan bagi sprinter.



3 Tulang Dada...... Tulang dada (keel) bisa dilihat dengan menyibakkan bulu yg ada di dada. Untuk burung type sprinter, tulang dadanya lebih tipis. Untuk menentukan tebal-tipisnya tulang dada, bisa dilakukan dengan membandingkan tulang dada sprinter dan long distance. Dari situ, lama-lama kita akan dapat membedakan tulang dada yang tebal dan yang tipis.



4. Capit Udang.......Burung type sprinter capit udangnya lebih lebar dibandingkan dengan long distance. Untuk belajar membedakan kerenggangan capit udang juga bisa dilakukan dengan sering membandingkan capit udang sprinter dan long distance. jarak (ruang) antara ujung tulang dada bagian belakang dengan capit udang pada burung type sprinter lebih sempit dibandingkan dengan type long distance (jaraknya sekitar 2 jari). Burung type long distance memerlukan rongga yang lebih besar karena burung yang menempuh jarak jauh beberapa organ bagian dalam akan membesar sehingga diperlukan ruang yg lebih besar agar bisa mengakomodir organ tubuh yang membesar.



5. Pinggang.......Banyak pemain merpati yang tidak bida membedakan pinggang yang baik dan yang jelek. Pinggang yang baik adalah yang rata dan padat (flat and solid). Untuk mengetahui pinggang, bisa menggunakan jempol lalu sedikit ditekan dan diurut dari depan hingga tulang ekor. Tulang dada harus rata dan tidak boleh bergelombang. Kalau jempol kita urut terus sampai ke tulang ekor, maka tidak boleh ada celah yang curam ("njeglong"), tetapi sebaiknya lurus atau sedikit melengkung dibagian belakang pinggang. Untuk jenis sprinter, sebaiknya antara pinggang dan tulang ekor sebaiknya rata (seperti nyambung).

Untuk long distance, semakin besar (lebar) pinggangnya, semakin baik.



6. Sayap....... Untuk jenis sprinter, sayap lebih pendek dari jenis long distance. Untuk burung yang berwana tritis atau megan ujung sayap tidak boleh menyentuh garis hitam pada ujung ekor (catatan: pada burung warna megan atau tritis, ekor bagian ujung berwana hitam dan bagian depan berwana megan/biru telor asin). Jarak antara ujung sayap pada saat burung posisi berdiri kira-kira 1/2 inchi dari garis hitam pada ekor burung warna tritis atau megan. Tapi kalau jaraknya lebih dari 1/2 inchi juga tidak bagus.

Bulu saya lebar dan rapat (closed wing) dan tidak perlu ada "step up" antara bulu primer dan bulu sekunder. Semakin lebar bulu sayap cocok untuk kecepatan burung jenis sprinter .Alasannya, bulu sayap yang lebar dan pendek memungkinkan burung mengepak lebih cepat. Untuk jenis long distance, lar lebih sempit dibandingkan sprinter. Selain itu, untuk long distance perlu ada step-up antara bulu primer dan sekunder.

Bulu dibawah sayap sekunder harus tebal dan rapat sehingga angin tidak "mbrobos". Bulu sekunder yang panjang akan memberi keuntungan untuk burung terbang tinggi (passive lift).



7. Otot.......Otot sayap (pectoral) yang berada di bawah sayap sangat penting. Untuk burung jenis sprinter otot yang tebal (bulge). Untuk mendeteksi kualitas otot bisa diraba dengan jari dan untuk burung yang sudag terlatih akan terasa gumpalan otot yang keras.



8. Kepala dan Hidung.... Jenis sprinter, kepala dan hidung pada umumnya lebih kecil. Warna hidung harus putih bersih seperti kapur. Burung yg hidungnya pecah atau tidak putih mulus menandakan kesehatan yang kurang baik. Sementara bentuk kepala tidak penting. Yang lebih penting adalah ISI-nya. Burung sprinter cenderung lebih nervous dari pada long distance. Karananya kalau dipegang akan berontak.



9. Tulang Dada....Tulang dada burung long distance harus tebal dan kuat. Semakin tebal semakin baik karena ketebalan tulang dada mencerminkan kekuatan. Antara ujung belakang tulang dada dan capit udang harus ada ruang yang cukup luas. Ruang ini tempat organ bagian dalam seperti pangkreas yang akan mengembang bila burung terbang jauh.



10. Balance..... Yang dimaksud balance adalah perbandingan yang ideal antara panjang, tinggi dan lebar burung. Burung dikatakan balance apabila panjang dari tulang dada bagian depan sampai ujung sayap sama dengan panjang dari kaki sampai ujung kepala (burung dalam posisi berdiri). Kriteria lain dari burung yang balance adalah jarak tulang dari ujung depan tulang dada sampai kepala sama dengan jarak kedua pundak (wing butts). Dengan demikian burung yang leher dan kakinya terlalu panjang tidak ideal. (catatan: Saya masih agak sulit membayangkan bagai mana mengukur jarak antar pundak: apakah ditarik garis luris imaginer atau melengkung liwat pundak). Kalau cara mengukur jarak pundak pakai garis lurus, maka dada burung akan sangat lebar.



11. Kaki....... Pada saat burung terbang maka jempol kaki akan nyantol di ujung bulu ekor bagian dalam (pangkal ekor) agar tidak lelah saat terbang. Apabila kaki terlalu panjang maka, jempol kaki akan melewati pangkal bulu ekor. Jadi kaki yang terlalu panjang tidak bagus.



12. Bulu Dada..... Semakin tebal bulu dada semakin baik, terutama untuk burung long distance.

ASUMSI MAKANAN BERGIZI BUAT MERPATI

ASUMSI MAKANAN BERGIZI BUAT MERPATI


Siklus perawatan MB
.
Asupan Tambahan Plus buat Merpati
* Kacang tanah
* kacang hijau
* Beras merah
* Beras Krosok
* Vitamin B Kompleks
* Vitamin A
* Vitamin c
* Madu alami
MERPATI memerlukan asupan pakan yang cukup kandungan gizinya dan tepat waktu agar menjadi merpati prima dan lebih unggul dibandingkan dengan merpati yang lain. Mulai megeram telur setelah pengambilan telur hingga masa latihan dan atau balapan sesungguhnya diarena, ada lima kandungan gizi yang harus terpenuhi dalam ramuan pakannya agar pembalap menjadi merpati tinggian balap yang lebih unggul.
Ke 5 gizi tersebut adalah :
1. Karbohidrat.
Karbohidrat merupakan sumber energy utama untuk metabolisme dan aktivitas lainnya seperti terbang, kawin dll. Karbohidrat banyak terdapat pada beras krosok, beras merah , ketan dan Ketan hitam yang belum hilang kulit arinya. Jenis karbohidrat yang mudah dicerna merpati tinggian adalah amilum. Amilum pada beras krosok dan beras merah memiliki rantai polimer yang lurus, sedangkan ketan dan ketan hitam memiliki rantai polimer yang bercabang, rantai polimer yang bercabang memerlukan banyak air ( minum) untuk mencernanya. Karbohidrat diolah oleh tubuh menjadi glukosa dan beredar dalam darah. Glukosa yang masuk ke sel-sel tubuh akan dirubah menjadi energy yang digunakan untuk terbang dan aktivitas lainnya.
2. Protein.
Protein digunakan untuk tumbuh dan berkembang serta pemeliharaan dan perbaikan ( repair dan maintenance ) sel – sel tubuh merpati tinggian , setiap hari ada saja sel-sel tubuh yang mati dan protein berfungsi untuk mengganti sel- sel yang mati menjadi sel- sel baru yang lebih baik lagi. Kacang-kacangan terutama kacang hijau banyak mengandung kadar protein yang tinggi.
3. Lemak
Lemak yang terdapat dalam tubuh merpati tionggian digunakan sebagai penahan panas (isolator) agar suhu tubuh bisa stabil, lemak juga berfungsi sebagai pelapis atau penahan organ tubuh terhadap benturan dari luar. Lemak juga bisa berfungsi sebagai cadangan sumber energy bagi tubuh merpati tinggian apabila cadangan karbohidrat dalam tubuh merpati tinggian sudah menipis. Lemak juga digunakan untuk membentuk hormon sexualitas dan hormone –hormon lainya yang diperlukan oleh tubuh merpati tinngi. Jagung adalah biji-bijian yang banyak mengandung lemak, utamanya jagung kecil atau biasa disebut Jagung Madura.
4. Vitamin.
Vitamin berfungsi sebagai katalisator ( perantara ) proses metabolisme dalam tubuh. Ada dua kelompok vitamin yaitu vitamin yang larut dalam air seperti vitamin C dan sebagian besar vitamin B dan vitamin yang larut dalan lemak yaitu vitamin A, D, E dan K. Vitamin banyak erdapat dalam buah – buahan tetapi sedikit terdapat dalam biji-bijian. Oleh karena itu merpati tinggian masih memerlukan tambahan asupan vitamin dari luar, seperti Vitamin A dan Vitamin B Kompleks, vit. C serta vitamin D dan E.
5. Mineral
Mineral diperlkan tubuh sprinter untuk metabolisme, kerja otot dan proses impuls saraf. Mineral terutama Ca ( Kalsium ) sangat penting dalam pembetukan tulang dan reflex otot-otot sprinter, dan untuk betina unsur Ca bisa membuat kerabang telur menjadi lebih tebal dan kuat.
Kalsium banyak terdapat pada , tulang ikan, kapur, rumah siput, cangkang kepiting dan kerabang telur.
Penyajian sederhana untuk sprinter cangkang kepiting atau kerabang telur ditaruh diatas seng kemudian dipanaskan diatas bara api agar bakteri atau telur cacing yang menempel mati dan cangkang kepiting atau kerabang telur mudah ditumbuk, ditumbuk dan
ditaruh terpisah dengan pakan sebagai asinan bagi merpati tinggian dan pasangannya.
Separo waktu pengeraman I (1-3 hari) diberikan pakan yang banyak mengandung karbohidrat dan lemak ( beras krosok +beras merah + sedikit kedelai ) dan menjelang diambil telurnya pakan yang diberikan harus banyak mengandung lemak dan protein tetapi sedikit karbohidrat, yaitu kacang hijau dan kedelai.
Setelah telur diambil ( telur diambil hari Sabtu sore) merpati perlu ditingkatkan kondisi fisik dan birahinya, maka pakan tambahan yang diberikan yang banyak mengandung protein dan lemak yaitu kacang hijau dan kedelai plus vitamin A, B kompleks dan D ( Vit. D untuk menyehatkan bulu) cukup sekali, pakan yang banyak mengandung protein dan lemak ini dipertahanan s.d hari selasa.
Untuk merpati yang mulai giring, dilatih atau dilombakan diberi pakan yang berenergy tinggi ( banyak mengandung Karbohidrat) seperti beras krosok, jagung dan sedikit gabah yang mengandung serat kasar 10% berfungsi agar kotorannya padat.plustambahan asupan vitamin A untuk mempertajam penglihatan dan vitamin B kompleks untuk meningkatkan daya tahan tubuh, memperkuat otot dan syarat, dan menambah nafsu makan serta mempertahankan jumlah sel darah merah. Perhatikan table dibawah.
Merpati balap tak ubahnya bagaikan seorang olahragawan yang butuh asupan nutrisi yang cukup sejak dini agar terbentuk tubuhn fisik yang ideal dan latihan – latihan rutin dan sistematis plus asupan jamu tradisional agar terbentuk otot yang kuat & lentur serta nafas yang panjang dan mental baja agar dapat bersaing di arena balapan yang penuh dengan kompetitor.
#Berikut adalah Racikan Jamu Tradisional untuk mencegah penyakit dan meningkatkan daya tahan tubuh merpati tinggian.
Bahan :
1. Kuning telur ayam kampoeng/bebek/Entok 3 bh
2. Madu alam murni 10 sedok makan
3. Kunyit/kunir. (tepung) 10 sendok makan
4. Kencur (tepung) 5 sendok makan
5. Temu kunci 1 ujung jempol
6. Ubi rumput teki. 5 buah
7. sarang burung walet (tidak mutlak )
Bahan-2 diatas sudah cukup menyehatkan dan menguatkan serta sebagai anti penyaki ( kunyit dan ubi rumput teki).
Cara pembuatan :
1. Kuning telur dicampur dengan madu, aduk sampai kental ( matang )
kalau kuning telur tidak mengental berarti madunya bukan madu murni alias madu palsu.
2. Temu kunci dibakar kemudian diparut atau ditumbuk hingga halus
3. Kunyit dan kencur jika tdk tersedia bubuk + ubi teki juga dibakar dulu biar steril kemudian ditumbuk sampai halus .
· Semua bahan dicampur dengan adonan kuning telor dan madu aduk sampai rata dan kental.
· Jemur diterik matahari sampai setengah kering, baru kemudian buat butiran – butiran pil kecil , jemur lagi dan siap sebagai asupan pembalap.
· Pada saat merpati  latihan diberikan tiap malam dan dalam kondisi istirahat cukup berikan 2 – 3 hari sekali 1 butir.
Asupan tambahan 2 hari sebelum latihan :
Tambah asupan hati ikan laut yang telah dikeringkan secukupnya.
Tanbahkan seminggu sekali :
- Minyak ikan
- Vitmin A
- Vitamin B komplek
- Vitamin C
Perhatian !! :
Hindari bahan yang membuat rasa panas seperti Jahe dan lada karena pembalap bisa loyo apalagi jika diasupkan ke betinanya bisa gak betelur.
Semoga manfaat.
===================================================
A. Perawatan Saat terbang.
  1. Burung bongkar telur sbtu malam, Diberi jamu glintiran hitam
  2. Hari minggu pagi langsung di mandikan dan jemur secukupnya,Kemudian di angin.2 kan, untuk selanjutnya di ungkep sp jam 3
  3. Jam 6 (magrib) brg masuk begupon untuk istirahat malam, sebaiknya Burung di kontrol makannya, klo krg diloloh secukupnya. Terutama saat terbang, Karena Burung gring nafsu makannya biasanya kurang.
  4. Untuk Burung siap lomba sebaiknya jam 7-8 malam Burung diumbar untuk kawin lagi.
  5. Burung setiap sore dan habis latih dikasih kacang tanah + 5-10 biji (secukupnya).
  6. Setiap selasa di spet jamu
  7. Saat habis terbang/latih di kasih jamu glintiran kuning.
  8. Burung 1 bulan sekali di perah mata nya dengan obat TETES MATA
  9. Jangan sekali – kali mengikutkan lomba, burung yang kotorannya pada saat dilapangan  keluar air / mencret.
B. Perawatan saat Nelor/istirahat
  1. Burung setiap pagi dikasih kacang tanah + 5-10 bj (secukupnya )
  2. Setiap pagi jantan di jemur.
  3. Setiap selasa malam Spet jamu
Jenis dan Cara bikin Jamu Glintiran :
A.  Jamu istirahat (Gelintiran Hitam)
Diberikan 1 buah Setiap Sabtu malam habis bongkar telur, dan hari rabu malam.
Campuran:
3 buah Telor Bebek ( ato 5 buah tlor ayam kampung), kuningnya + putih sdikit untuk pelekat.
½ botol Royal Jelly
½ sdk Madu tawon
1 sendok teh Sarang burung walet
3 Sendok makan Kunir
3 Sendok makan Kunnir Mangga
3 Sendok makan Temu kunci
Dicampur sampe rata (di uleni), di simpan di kulkas…..agar tidak jamur,….di berikan sdikit.2 digelintir sebesar klenteng(isi/biji kapuk)..dijemur dulu sebelum di berikan.
B. Jamu Terbang (glintiran kuning)
Diberikan setiap habis terbang, campuran:
3 buah Telor Bebek( ato 5 buah tlor ayam kampung), kuning+ putih (sdikit untuk pelekat)
1 Sendok teh temu kunci
Dicampur sampe rata di simpan di kulkas…..agar tidak jamur,….di berikan sdikit.2 digelintir sebesar klenteng(isi/biji kapuk)..dijemur dulu sebelum di berikan
C. Jamu Spet
Diberikan hari selasa malam. Campuran untuk 5-6 ekor brg:
3 buah telor bebek (ato 5 telor ayam kampung) kuning nya + sedikit putihnya…bagian putih yang kental/ngeleler di buang dulu.
½ Botol kecil Royel Jelly
1 sendok makan Kunir
1 Sendok makan Kunir mangga ..
By.  OM ALVIN MAHARDIKA BF 
=================================
Jamu Tradisional Merpati Balap
1) Yosem : 1/2 ons (atau cari yg bubuk)
2) Kolesom : 1 gram
3) Sarang burung walet: 3 mangkok
4) kunyit bubuk : 1 ons
5) Temu lawak : 1/2 ons (bubuk)
6) Temu ireng : 1/2 ons (bubuk)
7) Kuda laut : 3 biji (ditumbuk halus)
8) Temu kunci : 1/2 ons (bubuk)
9) Telor bebek : 9 biji (putih jgn dibuang utk meleketkan)
10)Chong co : 1 cis
11) Tienjik powder : 1 botol
12) ginseng Royal jelly: 3 btl
13) Madu : 3 sendok
14) Niuhuang Qingxin wan : 3 biji
Semua dihaluskan dan dicampur jadi satu… buat plentiran kecil2 sebesar jagung utk jamu terbang, berikan selesai dilatih + livron B-plek ½* Pagi pada saat jemur menjelang terbang sore buat ramuan lagi dgn campuran Yosem + kuning telor, buat plintiran sebesar kacang hijau.
 http://panturamerpati.blogspot.co.id/2014/07/asumsi-makanan-bergizi-buat-merpati.html

Jumat, 27 Oktober 2017

CARA BERTERNAK BURUNG MERPATI (METODE BREDING I)

CARA BERTERNAK BURUNG MERPATI (METODE BREDING I)

 
METODE BREDING 
Kenapa ternak kita hasilnya acak-acakan dan banyak yang dibuang Hasilnya tidak seragam, dan kualitas mutunya lambat laun terasa semakin menurun… Kebanyakan peternak di Indonesia sangat fanatik dgn trah burung juara. Juara VS Juara, tapi anakannya tidak ada yg juara… Ini menimbulkan pertanyaan tersendiri...
Salah satu penyebabnya mungkin krn indukan kita geno-typenya tidak seragam alias acak-acakan juga. Itulah sebabnya diperlukan ternak dgn "rekayasa genetik"untuk menyeragamkan geno-type melalui proses ternak yg lebih terpadu, tersistematis atau terpola dengan baik.
Buat rekan - rekan sekalian, ini ada sedikit pengetahuan mengenai teknik breeding (beternak) dgn cara yg lebih sistematis sehingga bisa juga disebut sebagai ‘Rekayasa Genetika’.Tulisan ini dikutip dari sebuah artikel karangan Steven van Breemen berjudul Mini Course The Art of Breeding dari web site nya : http://www.stevenvanbreemen.nl/en/?Home.
Mr. Steven ini adalah penggemar merpati pos. Tapi saya rasa, cara ternaknya bisa juga diterapkan pada merpati balap atau tinggian yg ada di Indonesia.

Sebelum dilanjut, ada baiknya kita mengenal dulu beberapa kosa kata yg ada dalam artikel ini agar tdk terjadi salah penafsiran.
1.        Inbreed : Perkawinan antara dua individu yg memiliki hubungan darah sangat dekat. Yaitu : Ibu dgn anak, bapak dgn anak dan anak vs anak.
2.        Line breed : Perkawinan dua individu yg memiliki hubungan darah tidak terlalu jauh. Contoh : Kakek vs cucu, paman vs keponakan, dll.
3.        Cross breed : Perkawinan antara 2 individu yg tidak memiliki hubungan darah. Atau minimal hubungan darahnya terlalu jauh.
4.        Super breed : Individu yang selalu mampu menurunkan sifat2 terbaik pada keturunannya.
5.        Super racer : Individu yang diproyeksikan khusus untuk lomba.

Berikut ringkasan Mini Course The Art of Breeding :
Steven Van Breemen mengembangkan sebuah metode ternak yang disebut : "population genetics". Tujuan metode ini adalah membangun suatu populasi burung yang ada dalam kandang kita dengan ciri-ciri genetika yang kurang lebih sama (homogen). Misalnya, kalau kita punya 50 burung di kandang, maka semuanya mempunyai ciri kualitas karakter yang relatif sama (tentu tidak 100 % sama, tapi kalaupun berbeda tidak terlalu jauh). Dari kesamaan karakter ini, kita akan mampu memunculkan hasil ternak yang selalu stabil mutunya. Artinya, kita bisa mendapatkan stok super breeder unggulan yang pada akhirnya mampu memunculkan super racer.
Metode ini merupakan pengembangan dari teori Gregory Mendel yg
 dimodifikasi. Aplikasinya dengan menggunakan prinsip Cross Breed, Inbreed dan Line breedsecara sistematis dan tercatat dgn detail.
Menurut Mr. Steven, bila kita sukses mengembangkan metode ini, maka kita akan ongkang ongkang kaki bisa menikmati hasilnya selama 20 tahun lebih…!!
Teori population genetics hanya cocok diterapkan oleh breeder yang serius, konsisten dan mempunyai visi jauh ke depan. Jadi harus diawali dengan suatu angan-angan tentang kualitas burung yg nantinya ingin kita hasilkan.
Berikut penerapannya di lapangan :
Tahapan ternak berdasar teori ini :

1. Cross breed I -----> 2. inbreed -----> 3. line breed -----> 4. cross breed II

1.   Cross breed I
Sebelum mulai ternak, kita harus berkhayal dulu. Berkhayal tentang seperti apa typical karakter pembalap terbaik yang kita idam2kan. Bukan sekedar ikut2an hanya melihat burung2 juara yang ada. Burung juara belum tentu sempurna. Maka khayalan kita harus jauh lebih bagus dari sekedar burung juara. Agak idealis kelihatannya, tapi inilah cita cita yang harus dicapai, bagaimanapun sulitnya.
Untuk cross breed I, carilah pasangan indukan sesuai dgn kriteria khayalan kita tsb. Memakai burung juara lebih dianjurkan. Tapi jangan asal comot!!!. Burung juara banyak ragam typikal kerjanya. Misalkan ingin punya burung dgn tembak keras, maka carilah burung juara yg tipikal kerjanya tembak keras. Kemudian cari juga pasangan betinanya yg keturunan burung tembak.
Hasil dari cross breed 1 ini diharapkan muncul burung2 dgn karakter tembak keras secara merata pada anakannya.
Cross breed 1 ini sy anggap tahap yg paling penting utk pondasi tahapan breeding berikutnya. Hasil anakan 75% harus rata karakternya. Ini untuk menghindari resiko besar pada tahapan breeding selanjutnya (inbreed), dan menghindari set back yg bisa membuang waktu percuma.

2.   Inbreed :Tujuan inbreed adlh mencetak breeder (parental stock) yg menyatukan sifat2 positif yg dimiliki agar lebih kuat daya turun ke anaknya (dominan).
Hasil inilah yg sy sebut 'investasi', modal dasar dan aset ternakan kita yg sangat berharga. Anakan hasil inbreed, biasanya tidak memiliki ‘vitalitas’. Yaitu rentan terhadap penyakit, dan fisik/staminanya loyo. Ini tidak menjadi masalah, karena tujuan utamanya adalah untuk parental stock, bukan untuk dijadikan pembalap. Syukur2 kalo ternyata hasilnya bisa jadi pembalap. Pada akhirnya, kurangnya vitalitas ini dapat diperbaiki melalui tahapan berikutnya.

3.   Line breed :Setelah dapat modal dari inbreed, diperkuat lagi dgn line breed. Bila dipasangkan (misalnya) dgn paman yg punya tembak keras, hasilnya sudah bisa dipastikan : burung dgn karakter tembak sempurna yg sangat dominan. Mungkin inilah yg dimaksud oleh Steven sebagai 'super breed'. Yaitu burung yg memiliki daya turun breeding yg kuat thdp anak2nya.

4. Cross breed 2 :Super breed ini boleh dicoba utk disilang dgn burung dari trah lain (cross breed ke 2). Tujuannya utk menambah daya vitalitas dan menyempurnakan karakter. Kalau di cross dgn burung lain yg tembak keras, hasilnya pasti burung dgn tembak sempurna. Kalau di cross dgn burung yg sifatnya agak berbeda, -tembak sekedar rapi misalnya- maka tembak kerasnya tidak akan hilang. Justru kita berharap burung dgn tipikal tembak keras dan rapi. Inilah yang dimaksud Mr. Steven sebagai ‘Super Racer’.

Beberapa prinsip yg harus dipahami :

1.        Tujuan utama teori population genetics adalah untuk melestarikan karakter/sifat-sifat unggul dari indukan (untuk mudahnya kita pake saja istilah "geno-type") , bukan mempertahankan ciri-ciri fisik (feno-type). Dgn kata lain, tujuan teori ini adlh menciptakan ‘super ‘breeder’.

2.        Inbreeding pada prinsipnya adalah upaya menggabungkan sifat-sifat/ karakter 2 burung yang berbeda, baik karakter yang positif maupun negatif. (Ingat, tidak ada burung yg sempurna). Oleh karenanya rumus inbreeding adalah "the best vs the best". Mas Breemen memakai istilah super breeder vs super breeder. Yang kedua, super breeder harus mempunyai karakteristik yg dapat mendukung "khayalan" kualitas burung yg ingin dihasilkan dari ternak kita. Misalnya kalau kita menghayalkan bahwa hasil ternakan kita harus galak, maka cari indukan yg galak. Kalau sekarang belum memiliki atau belum mampu memiliki indukan yg "ideal", menurut saya tidak perlu khawatir karena kualitas indukan dapat diperbaiki melalui cross-breeding.
Mungkin ada yg bertanya, kalau kita sudah punya "super breeder" kenapa tidak itu saja diternak dan nggak perlu repot-repot pake teori population genetics?? Kalau tujuan kita ternak hanya jangka pendek memang teori population genetics tidak perlu, tapi seperti dijelaskan sebelumnya, tujuan kita adalah jangka panjang. Perlu diingat bahwa super breeder yg kita punya suatu saat akan mati, mandul, atau sakit. Kalau ini terjadi maka kita kehilangan modal. Itu sebabnya banyak peternak besar yg gagal mempertahankan standard kualitasnya dan terus menurun. 
Dan banyak burung-burung juara yg terputus generasinya.

3.        Cross-breeding yg pertama adalah pada saat awal memulai ternak dimana indukan berasal dari dua darah (strain) yg berbeda sedangkan cross-breeding yg kedua dilakukan dengan dua tujuan, yaitu apabila kita ingin memproduksi racer dan untuk memperbaiki kualitas darah yg sudah ada (menambahkan elemen baru atau "additive characteristics" yg sudah ada).

4.        Aplikasi teori population genetics menuntut adanya sistem seleksi yg ekstra ketat. Beberapa waktu yg lalu ada pendapat yg mengatakan untuk bisa memakai sistem inbreeding, maka kita harus menjadi ahli "membunuh" burung. Istilah ini sebenarnya hanya untuk memberikan tekanan bahwa anakan yg akan melanjutkan generasi indukan harus diseleksi secara ketat.

Myron Kulik menyarankan, pilihlah anak betina yg mirip bapaknya dan anak jantan yg mirip ibunya. Yang perlu dipahami, pengertian "mirip" disini bukan mirip secara fisik, tapi yg lebih penting adalah karakternya (tetapi kalau secara fisik juga mirip ya tidak apa-apa). Di sini lagi-lagi diperlukan "feeling" dan keahlian dalam melakukan seleksi.

Agar kita bisa melakukan seleksi, misalnya untuk mengambil 1 pasang pada setiap generasi kita teteskan 5 pasang, lalu dari situ dilakukan seleksi untuk menentukan 1 pasang yg akan melanjutkan karakter moyangnya (ancestors). Semakin banyak pilihan yg akan diseleksi, akan semakin bagus.

5.        Hasil inbreeding selalu ditandai dengan ciri-ciri kehilangan vitalitas (burung hasil inbreeding menunjukkan gejala penurunan vitalitas). Prof. Anker bahkan menegaskan bahwa semakin besar hilangnya vitalitas pada burung hasil in-breeding berarti effek dari inbreeding itu lebih bagus.  Burung hasil inbreeding tidak cocok untuk lomba, tapi hanya cocok untuk menjadi indukan (orang eropa biasanya beli burung bukan untuk dimainkan tapi untuk breeding. Turunannya nanti yang dimainkan.

Vitalitas yang hilang itu akan didapatkan kembali apabila hasil inbreeding di-cross dengan burung lain. Inbreeding dimaksudkan untuk membangun sifat-sifat yang akan selalu diturunkan kepada turunannya (offspring), sedangkan cross-breeding untuk menambah sifat-sifat/ karakter yang sudah ada seperti menambah vitalitas dan kekuatan.

Dengan in-breeding kita bisa memperbaiki kualitas yang jelek. In-breeding adalah pengurangan variasi atau keragaman. Semakin banyak/sering suatu darah tertentu (strain) dilakukan in-breed maka turunannya akan mirip satu sama lain.
Menjodohkan bapak dan anaknya yg cewek atau ibu dengan anaknya yg cowok lebih efektif hasilnya dari pada menjodohkan kakak dengan adiknya (meskipun sama-sama in-breeding tapi sepertinya dampaknya berbeda).

 
BREDING SEPERTI APA UNTUK MENDAPATKAN BURUNG BERKUALITAS

Breeding tergantung niatnya mau buat apa anaknya nanti. Kalo buat parental stock, baiknya cari yg sama, tembak VS tembak, atau sprint vs sprint. Sifat anaknya pasti kuat, baru nanti di cross lagi sama yg lain type.
Kalau beda type : Tembak VS sprint, sah2 aja kalau kita memang mau ambil resiko. anaknya bisa banyak kemungkinan. Bisa bagus, biasa2 aja atau malah jelek. Kalo menurut saya, idealnya burung yang di breeding adalah Jantan burung juara / ada prestasi, betinanya saudara juara atau anak juara.

Kalo soal sistem breeding, apakah cross breed, atau in line breeding.......semua kembali kepada tujuannya kalo cross breed, sifatnya try and error / coba-coba. kalo in line breeding, bertujuan mempertahankan gen yang dominan yang dimiliki pembalap. Sehingga nantinya akan muncul pembalap2 yang memiliki tipe dan kualitas yang seragam kebanyakan tujuan dr ILB adalah utk memurnikan keturunan dr Indukan(Jantan) yg kita punya, dgn alasan utk mendapatkan merpati jantan yg jenis/trahnya(sifat,gaya  terbang, mental,dll) yg paling mendekati dgn indukannya aslinya, dikarenakan krn usia merpati  Jantannya yg lama2 semakin tua biasanya yg akan diturunkan adalah yg jantan krn yg paling gampang dinilai adalah merpati jantan, dan s/d saat ini baru merpati jantan yg dipakai utk aduan, sehingga bisa dengan jelas dinilai kualitasnya.

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilaksanakan bahwa  teori genketurunan didapat bahwa gen yg diturunkan oleh kedua indukan jantan dan betina yang berbeda trah tidak 100%  yg mampu diturunkan, tetapi merupakan campuran dari kedua indukan yg diturunkan, bisa 50-50, bisa 75-25 bisa 25-75 bahkan 90-10 dan 10-90 dsb... maka biasanya dr sepasang merpati (X/jantan dan Y/Betina) tsb diambil beberapa anakannya(F1) jantan dan Betina dan dilihat hasil dr F1 Jantan tsb mana yg paling mendekati dgn trah asalnya..  bila msh blm ada hasil yg mendekati, dicoba lagi diturunkan, yaitu X dan F1 betina, dan menghasilkan anakan2 ke 2 (F2) dan dilihat lagi hasilnya.  begitu seterusnya s/d menghasilkan hasil yg paling mendekati..

Secara gampang dihitung/diilustrasikan dgn perhitungan dari X sifat yg diturunkan ke F1 50-50,  kemudian dicampur lg antara X dan F1(yg sudah ada 50 dari X)  maka diharapkan anakan F2 hasilnya merupakan pertambahan dari F1 yg sdh 50 dr X ditambah 50 lagi dari X, dst....
bisa menghasilkan hasil yg paling mendekati X

Kalo Y yg diturunkan, diitung2 akan malah semakin jauh dari X-nya krn yg semakin bertambah darah dr Y (dgn ilusi seperti diatas) begitu juga kl anak (F1) dgn anak  (F1) ada yg bilang F1 seteluran jangan dicampur, krn kebanyakan akan menurunkan sifat jeleknya, utk hal yg ini tidak ada penjelasan ilmiahnya, hanya berdasarkan pengalaman.  kalo bisa F1 dan f1 yg bukan seteluran... ini pun diperkirakan hasilnya akan semakin sulit diramalkan, bisa jadi semakin menjauhkan dari X..
In line breeding maksudnya perkawinan sedarah atau perkawinan dua individu yg berkerabat. Bisa bapak/anak, kakek/cucu, paman/keponakan, saudara kandung, dll pokoknya yg masih ada hubungan darah, mana yg lebih baik, bapak vs anak betina atau ibu vs anak jantan?
Sepertinya kemungkinananya sama saja mas... sama juga seperti kakek/nenek vs cucu, atau paman/bibi vs keponakan, dll.
 (jadi masih dalam katagori mempertahan karakter dari indukan yang kita inginkan)

Tujuan inbreed adalah memurnikan sifat yg dikehendaki. Bisa juga untuk memunculkan sifat yg ada pada leluhurnya dahulu.
Hasilnya, tidak bisa selamanya bagus. Malah memiliki resiko krn memungkinkan justru sifat jeleknya yg berkumpul.
Inbreed yg terus menerus (contoh : antar saudara kandung, anaknya dikawinkan lagi, anaknya dikawinkan lagi, dst) juga bisa menyebabkan kematian, kehilangan kekebalan tubuh, dan pertumbuhan yg kerdil atau anehTapi buat peternak yg berani, hasil inbreed justru bisa menjadi gambaran keadaan genotipe atau sifat sesungguhnya dari indukan. Dan bisa segera mengapkirnya (kalo jelek).

            Dari pengalaman yang sudah pernah dilakukan dalam bereksperimen breeding, hasil ILB bapak-anak atau ibu-anak cenderung menghasilkan anak yang kurang bagus.  Hal ini nampak dari fenotipe (penampilan luar) karena jarang ada yang meneliti sampai ke genotipe(darah) karena akan repot bila harus memeriksa kelab dengan sampel darah!! belom biayanya..... Dari beberapa kali percobaan, anak yang diturunkun sebagian cacat, sebagian lainnya tidak sama dengan ke-2 induknya contoh : kaki burung bisa berbulu, ada lagi yang secara fisik oke tapi waktu dilatih bodohnya minta ampun. Namun ada juga yang lebih bagus dari induknya, baik pegangan dan terbang namun lebih rentan penyakit.

Untuk percobaan Kakek-cucu / nenek-cucu menghasilkan prosentase anak cacat kecil. Tipe anakan cenderung lebih kuat menyerupai kakek / neneknya.
Kesimpulan :
·         perkawinan ayah-anak / ibu-anak lebih cenderung Menyebabkan penyimpangan negatif lebih besar ketimbang positif.
·         ILB lebih aman dilakukan pada 2 generasi kebawah, kakek-cucu / nenek-cucu atau cucu - cucu.
·         Kalo ingin melakukan pemurnian sebaiknya juga persiapan mental, karena selain dituntut kontinuitas dan waktu yang relatif cukup panjang, tidak jarang hasil yang didapat tidak sesuai dengan yang kita harapkan.
Selain itu juga harus tega, apabila keluar anakan yang cacat, musti tega di musnahkan !! Siap kah anda?? semua kembali kepada tujuan !!


 KETERANGAN :
Ø  In-breed dan line-breed pada prinsipnya sama, yaitu darahnya berasal dari indukan (jantan dan betina/stock parents) yg sama.
Ø  Bedanya, kalau in-breed menyilangkan 2 burung yg mempunyai hubungan langsung seperti bapak/ibu dengan anaknya.
Ø  Sedangkan line-breed lebih dari satu tingkat seperti kakek dgn cucu atau buyut dengan cicit, dan seterusnya. Tetapi tetap tdk ada darah lain yg masuk (penyilangan tertutup). Kalau sudah ada darah lain yang masuk, baik itu jantan maupun betina, sudah termasuk kategori cross-breed.

Hasil menyilangkan/ternak merpati dan hasilnya lumayan bagus dengan sistem Back Crossing Line Breed berdasarkan garis bapak, maksudnya begini Kakek dikawinkan dengan cicit ( F3 atau garis keturunan ke 3) dari garis laki-laki/bapak, supaya mendapatkan darah murni, Caranya adalah :
1.    Kawinkan antara Indukan jantan (X/Darah Murni) dan Indukan betina (Y/Darah Murni) (Cross Breeding)
2.    Ambil anak betinanya (F1)dan silangkan dengan pejantan yang bagus trah /darahnya (Cross Breeding)
3.    Ambil cucu jantan (F2) dari anak betina (F1) dan silangkan juga dengan betina dari darah/trah yang bagus  (Cross Breeding).
4.    Ambil cicit betina (F3) dari cucu jantan (F2) dan silangkan dengan kakeknya (X/Darah Murni), (Back Crossing Line Breed).

Apakah induk Betina cenderung mendominasi gen anaknya..?
Saya rasa 
kurang bener ... Anak itu khan hasil campuran sifat ayah dan ibunya...
Sifat ini diturunkan secara acak. Bisa saja 50:50, 70:30, 30:70, 10:90, 80:20, dll, dst... Kita tdk akan tahu berapa persentase dari ayah atau ibunya.
Inilah sebabnya bahkan saudara sekandung sekalipun tidak mungkin sama kombinasi gennya. Maka kualitasnya pasti berlainan.
Jadi, kalau mau ternak sebaiknya ayah dan ibu dari kualitas yg baik. Maksudnya supaya aman, tdk untung2an. Mau ikut bapak Oke... mau ikut ibu juga boleh. Inipun belum tentu menjamin hasil yg sesuai dgn harapan krn harus diperhatikan juga sifat resesif dan dominan dari induknya

Ternak, prinsipnya menyatukan 2 karakter/sifat individu. Dari penyatuan ini diharapkan ke 2 karakter/sifat tsb turun ke anakannya, bersinergy secara harmonis sehingga menghasilkan karakter baru yg lebih berkualitas.Namun, tiada yg sempurna di dunia ini. Termasuk merpati balap atau tinggi. Sebagus apapun selalu ada kekurangannya.

Di merpati balap, ada burung sprint cepat, tapi tembaknya kurang. Ada juga yg tembaknya bagus, tapi sayang mentalnya jelek. dll, dsb.
Kita sebagai peternak hanya bisa berusaha semaksimal mungkin agar hasil ternakan kita mendekati sempurna.


Untuk itu ada 2 alternatif pilihan yg bisa ditempuh dalam beternak :
1.    Haruskah kita ternak dgn mencari pasangan yg mampu menutupi kekuranganindukan kita..?? atau
2.    Menyadari bahwa tdk ada yg sempurna, dan mencari indukan yg mampu lebih memaksimalkan kelebihan indukan kita..?
Silakan rekan2 
pilih sistem beternak / Alternatif mana yg akan anda dipilih ??


Yang dimaksud inbreed itu adalah perkawinan antara 2 individu yg masih mempunyai pertalian hubungan darah (sedarah). Tidak hanya sebatas orang tua dan anak, tapi bisa juga antara 2 saudara kandung.
Tujuan peternak mengawinkan dua individu yang sedarah adalah untuk menghasilkan individu yang memiliki genotipe (sifat) yang homozigot untuk sifat sifat tertentu. Selain itu juga untuk memurnikan sifat yang dikehendaki.
Dapat juga merupakan usaha pemunculan sifat baik dari nenek moyang/orang tua yang bersifat resesif (sulit muncul).
Pada beberapa peternak, perkawinan sedarah digunakan untuk homogenisasi keturunan (penyeragaman). Hal ini sangat diperlukan karena kualitas produk suatu peternak akan diragukan bila dilapangan terbukti bahwa kemampuan burung hasil ternakannya sangat beragam. Pamor peternak akan terangkat bila kualitas produknya hampir seragam (warna bulu, gaya terbang, semangat, mental, tembak, dll).
Kerugian dari perkawinan sedarah yang paling ditakuti adalah munculnya sifat resesif yang merugikan. Namun bagi peternak yang berani ambil resiko, hal ini merupakan suatu keuntungan karena dapat mengetahui keadaan genotipe (sifat) kedua induknya dan dapat segera di upcare. Kerugian lain adalah pertumbuhan dan daya tahan penyakit akan semakin menurun dari generasi ke generasi. Angka kematian tinggi dan kemampuan reproduksi akan menurun

By. Janoko Mozart BF 
 Cp. 087733991995

MEMILIH INDUKAN MERPATI YANG BERKUALITAS (GENETIC BREDING II)

MEMILIH INDUKAN MERPATI YANG BERKUALITAS (GENETIC BREDING II)


 

GENETIC BREDING II

Pertanyaan yang selalu diajukan bagi orang yang akan beternak adalah "bagaimana cara beternak agar menghasilkan burung berkualitas secara berkesinambungan dari tahun ke tahun" ? Ini adalah pertanyaan klasik dan jawabannya juga klasik yaitu "Start with the right pigeons, breed them correctly and success will be possible". Kalau diterjemahkan kira2 "Mulailah dengan bibit yang tepat dan ternak secara benar, dan kemungkinan akan berhasil".

Tetapi pertanyaan selanjutnya adalah "bagaimana cara memilih bibit yang tepat dan bagaimana beternak yang benar" ??
Pada umumnya ada 2 cara seorang mendapatkan burung yang akan digunakan sebagai bibitan untuk diternak.
1.    Cara pertama adalah dengan menggunakan burung yang sudah dimiliki. Ini pada umumnya terjadi karena ada burung yang kita mainkan menunjukkan kinerja yang bagus lalu kita ingin jadikan indukan dengan harapan dapat memberikan turunan yang sama bagusnya atau bahkan lebih bagus dari indukannya. Burung yang bagus ini seringkali bukan hasil ternakan sendiri tetapi hasil beli atau pemberian orang lain sehingga kita tidak mempunyai induk dari burung tersebut.
2.    Cara kedua adalah dengan cara membeli burung untuk bibit. Di sini harus extra hati-hati karena kesalahan dalam membeli bibit bisa menggagalkan semua rencana ternak.

Dr. Wim Peters memberikan beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum membeli burung untuk bibit.
1.        Kita harus mempunyai konsep atau bayangan burung seperti apa yang ingin dihasilkan. Jawabnya tentu ingin menghasilkan burung yang "bagus". Tetapi harus dijabarkan kriteria burung yang bagus menurut kita seperti apa. Ini tentu tergantung dari selera masing2 peternak dan tujuan dari peternak.
2.        Setelah memiliki konsep atau bayangan burung yang bagus seperti apa, maka langkah selanjutnya adalah mencari peternak yang punya nama baik dan menghasilkan burung2 yang sesuai dengan keinginan/cita2 kita. Kalau kita ingin menghasilkan burung yang terbangnya kencang / speed, shoot / tembaknya keras, jalurnya bagus. Jangan kita pergi kepeternak yang hanya kagetan saja pada saat burungnya naik daun, namun carilah peternak yang mempunyai hasil ternakan yang kualitasnya hampir merata. Lakukan riset sebanyak mungkin kepada peternak2 yang mempunyai reputasi bagus.
3.        Kalau mungkin, yang paling mudah adalah membeli bibitan yang sudah terbukti menghasilkan anak2 yang bagus. Tetapi biasanya mencari bibit yang demikianakan mahal atau bahkan tidak dijual. Seorang peternak tidak akan menjual bibitan yang sudah terbukti bagus karena apabila dijual maka ternaknya akan terputus. Kalau seorang menjual bibitnya, perlu dicurigai, bisa jadi kualitas anak yang dihasilkan sudah menurun. Kalaupun ada peternak yang mau menjual bibit yang bagus, tentu harganya mahal dan belum tentu kita mampu membelinya.
4.        Beli burung yang masih aktif dan punya prestasi bagus. Kelemahannya adalah harganya kemungkinan mahal dan banyak burung yang kinerjanya bagus tetapi tidak bagus sebagai bibit. Ini disebabkan karena komposisi gen-nya sangat heterogen. Menurut Wim Peters, berdasarkan pengalamannya burung yang kinerjanya bagus hanya mampu menurunkan sekitar 10 - 20 % anak bagus. Kesulitan lain adalah masih harus mencari sedikitnya 2 betina yang juga bagus.
5.        Membeli satu seri anakan (3-5 piyik) dari bibit yang telah terbukti mampu menurunkan anak yang bagus. Memang belum tentu semua anaknya bagus tapi dari 5 ekor piyik kemungkinan besar ada anaknya yang bagus. Membeli piyik tentu harganya lebih murah daripada membeli burung yang sudah punya kinerja bagus. Dari piyik2 ini tentu tidak bisa langsung dijadikan breeder, tetapi ada baiknya ditest dulu. Kelemahan lain adalah memerlukan waktu yang lebih lama sebelum bisa diternak. Memelihara burung dari piyik juga mempunyai keuntungan karena kita lebih tau karakter dari burung tersebut.
6.        Kalau tidak mampu membeli anak langsung, maka bisa membeli cucu dari indukan yang sudah terbukti bagus atau cucu dari burung yang punya prestasi bagus. Kalau kita perhatikan pedigree burung-burung juara, maka jarang sekali burung tersebut adalah anak langsung dari burung juara juga. Kebanyakan adalah cucu atau bahkan buyut atau cicit dari burung juara. Hal ini disebabkan karena jarang burung juara yang mampu menurunkan burung juara juga dan kalaupun menurunkan juara maka burung tersebut akan langsung diternak oleh pemiliknya. Oleh sebab itu, burung yang banyak beredar adalah cucu atau buyut burung juara.
7.        Sebaiknya, membeli bibit dari satu trah yang sama. Apa bila memulai ternak dengan bibit dari trah yang bermacam-macam (campuran) maka anakannya pun akan bervariasi. Ini akan menyulitkan untuk mewujudkan kualitas burung dengan ciri-ciri seperti yang kita harapkan (point no.1)
Catatan: 
  •          Jangan memulai ternak dengan menggunakan indukan yang tidak jelas asal-usulnya atau belum teruji kinerjanya karena peluang untuk gagal akan lebih besar dibandingkan dengan menggunakan burung yang trah dan kinerjanya sudah jelas. 
  •                   Untuk memulai ternak sebaiknya menggunakan 1 jantan dan minimal 2 betina yang bagus. Semakin banyak betina tersedia semakin baik, tetapi sebaiknya berasal dari trah yang sama.

Pertanyaan kedua adalah "bagaimana beternak yang benar"

1.        Pada prinsipnya ada 2 sistem beternak yang biasa digunakan yaitu "outcrossing atau outbreeding" dan genetic breeding.
Outcrossing adalah sistem breeding yang paling sederhana dan paling mudah dilaksanakan. Di sini 2 burung yang tidak ada hubungan darah sama sekali disilangkan. 
Sistem breeding ini adalah yang paling konvensional namun karena mudah maka sampai sekarang pun masih dipraktekan. Outcrossing bukan tidak mungkin menghasilkan burung yang bagus, bahkan dengan outcrossing ada kemungkinan menghasilkan anakan yang lebih bagus dari induknya. Argumentasi pendukung sistem outcrossing adalah justru dengan crossing maka akan memperkaya komposisi gen. Secara teoritis argumen ini benar, tapi out crossing juga mempunyai kelemahan antara lain:

a)        Kualitas anakan sulit diprediksi dan cenderung beraneka ragam dari yang sangat jelek sampai yang sangat bagus.
b)        Hasil dari ternak kita tidak mempunyai ciri-ciri yang khas (tidak punya trademark)
c)        Tidak ada jaminan kesinambungan karena begitu indukan tidak berproduksi lagi maka harus mulai dari awal dan dapat merusak seluruh hasil yang sudah dicapai atau bahkan merusak reputasi peternak karena tidak ada jaminan dapat memperoleh indukan baru yang sama baiknya.
d)        Kualitas anakan hasil crossing semakin lama akan semakin menurun.

2.        Metode kedua adalah genetic breeding yaitu sistem breeding dengan menggunakan prinsip-prinsip atau hukum penurunan karakter (fisik dan psikis) dari indukan kepada turunannya (hereditas).


KEMUNGKINAN DALAM BREDING
1.        Breeding bukanlah suatu hitungan matematis yang hasilnya serba pasti. Dalam breeding kita hanya bisa bicara pada tataran "kemungkinan, kecenderungnan atau prediksi".
2.        Kalau kita bicara kualitas yang dimaksud adalah kualitas hasil ternak secara keseluruhan, bukan kualitas burung secara individual karena tujuan ternak adalah menghasilkan suatu "keluarga" burung yang hasilnya bagus.
3.        Perspektif dalam beternak harus jangka panjang, bukan hanya untuk kurun waktu setahun atau dua tahun.

Katakanlah kita punya 1 super breeder jantan. Kalau 1 super breeder ini secara terus menerus dijadikan breeder dengan outcrossing maka secara alamiah karena faktor usia kemampuan breedingnya (propetency) akan menurun. Apabila suatu saat kita menggunakan anak superbreeder sebagai pengganti, maka kita akan berhadapan dengan hukum ke-2 Mendel yaitu Law of Fission atau Law of Segregation dimana kontribusi gen superbreeder akan semakin kecil, begitu seterusnya apabila jaraknya semakin panjang maka generation contribution of ancestor-nya semakin kecil.

Sistem outcrossing hanya bisa berhasil apabila si peternak secara terus menerus memasukkan burung2 yang kualitasnya sama atau semakin tinggi sebagai breeder. Masalahnya untuk mendapatkan burung2 superbreeder tentu tidak semua breeder mampu. Genetic breeding dimaksudkan agar gen positif yang dimiliki oleh superbreeder bisa terus dipertahankan kepada generasi berikutnya.

BURUNG MASIH TERBANG TELORNYA DITETESKAN
BOLEH NGGA

Sudah sejak lama saya tergelitik dengan pernyataan : "Tidak boleh menetaskan telur merpati yang masih diterbangkan / dilombakan" atau "Dilarang keras menetaskan telur merpati yang masih diterbangkan atau dilombakan !!" dengan alasan prestasi merpatinya akan terus turun / jeblok.

Sebagian besar penggemar merpati balap khusus-nya banyak yang meyakini pernyataan tersebut, namun ada juga yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
kalau burung tsb masih dilatih/lomba jgn dianakkan/ditetaskan, ini akan mengurangi daya/kekuatan krn diakibatkan naluri burung akan slalu teringat pd anaknya oleh sebab itu untuk rasa bersaing sesama pembalap akan sedikit berkurang/tidak gairah.
Tapi pernah ada kejadian, burung kinerjanya jadi turun ketika mabung, istirahat, telurnya ditetaskan.
Apakah ini cuma kebetulan? 
Atau memang kualitas burungnya sudah menurun .. Mungkin karena 'kebetulan' anaknya lebih bagus dari bapaknya, maka seakan2 bapaknya kinerjanya turun.
Kasus lain... Leonard berlomba dgn anaknya sendiri : Singa Laga. Kinerja Leonard tidak berubah, malah juara nasional. Berarti mitos ini tidak terbukti

Contoh :
            Untuk gampangnya, misalkan kita ingin mencetak burung seperti Leonard, maka cari darah leonard satu seri, misalnya 5 anak Leonard. Dari 5 anak Leonard itulah kita mengawali breeding. Kalau kita mau mencetak burung yang gayanya seperti Leonard, tapi bibitnya gado-gado (campuran berbagai macam trah), maka hasilnya pun akan gado-gado. Memang tidak ada jaminan bahwa kelima anak Leonard itu hasilnya akan bagus semua, tetapi kemungkinan karakter Leonard akan turun ke anaknya, secara teoritis sangat mungkin. Di sini tentu diperlukan keahlian kita untuk menyeleksi, anak Leonard yang feno-type nya mendekati Leonard. Tidak sembarangan anakLeonard.

janoko.mozart.bf@gmail.com 
www.merpati.forumotion.net  
 Cp. 087733991995
http://janokomozartbirdfarm.blogspot.co.id/2013/04/genetic-breeding-ii.html